LIPUTANPRESS.COM – Dalam ilmu Balaghah terdapat penjelasan tentang fashohah al-kalimat (فَصَاحَةُ الْكَلِمَةِ) atau bisa disebut dengan kalimat yang fasih. Fashohah al-kalimat adalah kalimat yang selamat atau terhindar dari tanafurul huruf (تَنَافُرُ الْحُرُوْفِ), ghorobah (اَلْغَرَابَةُ), dan mukholafatul qiyas (مُخَالَفَةُ الْقِيَاسَ).
Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang apa itu tanafurul huruf?, apa ghorobah?, dan apa itu mukholafatul qiyas? beserta contoh-contohnya. Seperti apa penjelasannya, yuk kita simak uraian berikut ini.
Baca Juga: Teka Teki Nahwu Shorof رجل رجل رجل رجل رجل
Pengertian Tanafurul Huruf
وَهُوَ وَصْفٌ فِي الْكَلِمَةِ يُوْجِبُ ثِقَلَهَا عَلىَ اللِّسَانِ وَعُسْرِ النُّطْقِ بِهَا
Yaitu sifat dalam kata yang mengakibatkan berat untuk diucapkan oleh lidah dan sulit diucapkan (karena huruf-huruf dalam kalimat yang berdekatan makhrojnya)
Pembagian Tanafurul Huruf
1). Sangat berat diucapkan, seperti
– Lafadz اَلْطَشُّ (tempat yang kasar)
– هُعْهُعُ (rumput/tumbuhan makanan unta)
Ini dikatakan berat karena huruf-hurufnya berasal dari satu makhroj yakni dari tenggorokan.
Selain itu, terdapat contoh lain sebagaimana di ucapkan oleh orang baidui ketika ditanya tentang untanya:
تَرَكْتُ نَاقَتِي تَرْعَى الْهُعْخُعَ
Saya meninggalkan untaku yang sedang makan rumput
2). Ringan diucapkan, seperti:
– Lafadz النقنة (suara katak)
– Lafadz النقاح (air tawar yang jernih)
– Lafadz مُسْتَشْزِرَاتٌ (naik)
Batasan Tanafurul Huruf
Batasan tanafurul huruf adalah setiap sesuatu yang dianggap berat dan sulit untuk diucapkan, baik karena makhrojnya huruf yang berdekatan atau berjauhan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui berat dan tidaknya suatu kalimat dalam bahasa Arab itu tidak ada pedomannya, selain dengan memperhatikan ucapan para ulama Balaghah dan kebiasaan mereka (orang Arab)
Pengertian Ghorobah
وَهِيَ كَوْنُ الْكَلِمَةِ غَيْرُ ظَاهِرَةِ الْمَعْنَى وَلاَ مَأْلُوْفَةِ الْإِسْتِعْمَالِ بِالنَّظْرِ لِلْعَرَبِ الْفُصْحَاءِ
Yaitu keberadaan kalimat yang tidak jelas maknanya dan tidak bisa digunakan oleh kalangan orang Arab yang fasih.1
Pembagian Ghorobah
Ghorobah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1). Ghorobah yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar untuk memahami makna kalimat yang dimaksud, hal itu dikarenakan kalimat itu memiliki dua makna atau lebih dengan tanpa adanya qorinah (tanda-tanda yang menunjukkan salah satu makna).
Ghrorobah seperti ini, umumnya terdapat pada lafadz yang mustarak (memiliki dua makna). Misalnya lafadz مُسَرَّجٌ pada sya’ir Ru’bah bin Ajjaj:
وَمُقْلَةٌ وَحَاجِبًا مُزَجَّجًا # وَفَاحِمًا وَمُرْسِنًا مُسَرَّجًا
“Bola mata dan alis (kekasihku) yang dihaluskan dan melengkung laksana bulan tsabit, rambut yang hitam laksana arang, dan hidungnya yang mancung laksana pelita (atau laksana pedang empu Suraij)”
Pada contoh diatas, pengengar merasa kebingungan dalam memahami makna lafadz (مُسَرَّجًا), karena lafadz tersebut tergolong musytarok tanpa disertai qorinah yang menentukan maksudnya, sehingga para ahli bahasa berbeda pendapat dalam menafsirinya, yaitu:2
a. Menurut Ibn Duraid
Memaknai lafadz مُسَرَّجًا yakni hidung kekasihku mancung dan tipisnya seperti pedang buatan empu Suraij (tukang besi terkenal pada masanya).
b. Menurut Ibn Siddah
Megartikan lafadz مُسَرَّجًا yakni hidunya kekasihku mengkilat laksana pelita.
2. Ghorobah Isti’mal (aneh dalam penggunaannya)
Ghorobah ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Lafadz yang bisa diketahui maknanya melalui penafsiran yang dilakukan berulang-ulang kali, seperti lafadz تَكَأْكَأْتُمْ bermakna إِجْتَمَعْتُمْ (berkumpul).
مَالَكُمْ تَكَأْكَأْتُمْ عَلَىَّ كَتَكَأْكُئِكُمْ عَلىَ ذِي جِنَّةٍ اِفْرَنْقِعُوْا عَنِّي
“Mengapa kalian berkumpul mengerumuni-ku, seperti kalian berkumpul mengerumuni orang gila, buburlah kalian dari diri ku.”
Kalimat diatas merupakan uangkapan dari Isa bin Amru An-Nahwi ketika ia terjatuh dari punggung khimarnya, kemudia dikerumunin oleh orang-orang.
b. Lafadz yang tidak ditemukan penafsirannya, seperti ungkapannya Abil Hamaisa yakni lafadz جَحْلَنْجَعُ.
مِنْ طَمْحَةٍ صَبِيْرُهَا جَحْلَنْجَعُ # لَمْ يُحْضِهَا الْجُدُوْلُ بِالتَّنَوُّعِ
“Dari pandangan yang mana awan yang bertumpuk-tumpuk itu jahlanjah, yang tidak dihimpun oleh berbagai macam anak sungai”
Pengertian Mukholafatul Qiyas
Muhkolafatul Qiyas ialah
وَهُوَ كَوْنُ الْكَلِمَةِ غَيْرِ جَارِيَةٍ عَلىَ الْقَانُوْنِ الصَّرْفِى المُسْتَنْبَطِ مِنْ كَلاَمِ الْعَرَبِ
“Keberadaan kalimat itu yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu shorof yang diambil dari bahasa Arab.”
Atau dengan pengertian lain, mukholafatul qiyas adalah suatu kalimat yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam bahasa Arab.3
Misalnya lafadz اَلْأَجْلَلُ ungkapan Abi Najm:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْأَجْلَلِ # اَلْوَاحِدِ الْفَرْدِ الْقَدِيْمِ الْأَوَّلِ
“Segala puji milik Allah Swt, yang maha luhur, maha agung, maha Esa, maha tunggal, maha dahulu dan maha awal.”
Adapun lafadz اَلْأَجْلَلُ seharusnya diikutkan qiyasnya yakni dengan dibaca idghom (اَلْأَجَلُّ).
Refrensi